Monday, October 28, 2013

Pelajaran yang Bisa Gue Ambil Selama Seminggu Ini

[caption id="attachment_1005" align="alignnone" width="552"]Foto: Graham Holliday Foto: Graham Holliday[/caption]

Ternyata menjalani weekend (khususnya malam Minggu) nggak semenyedihkan kedengerannya. Ketika sendiri, gue jadi punya lebih banyak waktu buat mengamati. Gue jadi bisa belajar banyak hal. Dan gue akan berbagi ke kalian apa aja yang berhasil gue pelajari beberapa hari belakangan ini.



Meskipun bisa dibilang udah alumni dari dunia per-kost-an karena sekarang gue tinggal di kontrakan, sepertinya gue masih belum bisa menghilangkan kebiasaan gue sebagai anak kost. Salah satu contohnya adalah gue membalikkan botol-botol ketika akhir bulan menjelang. Botol saos, kecap, botol shampoo –bahkan yang ini kadang suka ditambah air–. Dan kebiasaan anak kost gue yang nggak bisa hilang sampe sekarang adalah semangat yang menggebu-gebu kalo denger makanan gratisan.

Seperti yang gue alami Jumat malam lalu. Gue mendapatkan undangan untuk dateng ke acara ulang tahun XL jam 7 malam. Dalam hati, "Wah asik nih, makan gratis, doorprize. Yes!" Memang XL pengertian sekali ngundang gue pas tanggal tua gitu. Setelah selesain kerjaan di kantor akhirnya gue memutuskan untuk jalan menuju tempat acara XL di daerah kuningan.

Dan entah apa yang terjadi malam itu. Tepat gue keluar kantor gue di daerah Brawijaya, gue ternganga ngelihat banyak mobil pada parkir di tengah jalan (ITU MACET WOY!). Gue nggak habis pikir apa yang sebenarnya terjadi waktu itu. Gue kira ada invasi zombie kayak di film World War Z, atau lagi ada car free day yaitu hari mobil gratis. Iya, gue kira mobil yang pada parkir di tengah jalan itu surprise dari pemerintah buat rakyatnya yang pengin mobil gratis. Tinggal ngambil.

Gue pikir tadinya macetnya cuma di sekitar kantor aja. Lalu gue berjalan nyari taksi. Nemu satu taksi.

"Pak, ke Kuningan dong, Pak."

"Wah, nyerah, Pak." Lalu abang sopir taksinya melengos gitu aja. Bahkan sama sopir taksi pun, GUE DITOLAK! AKU KOTOR!

Gue diam dan mikir sejenak, mengendus-endus ketek gue bertanya-tanya apakah pak sopir tadi nyerah karena gue bau badan. Tapi malam itu gue nggak pingsan, jadi gue menyimpulkan gue nggak bau-bau amat.

Pantang menyerah, gue melanjutkan perjalanan gue mencari kitab suci abang taksi. Ketemu sopir kedua.

"Pak, ke Kuningan."

"Yah, mending jalan aja, Mas." Lagi-lagi sopir taksi yang ini ngeluyur pergi.

Mungkin memang tampang gue lebih cocok jalan kaki, tapi nggak gitu juga kali. Beruntung gue orangnya pasrah penyabar, jadi gue nyari taksi lagi aja. Dan nggak lama kemudian ada taksi lagi.

"Pak, Kuningan." Kalimat yang gue keluarkan semakin sedikit seiring dengan kelelahan yang semakin banyak.

"Yah, macet parah, Mas. Nggak gerak ke arah Kuningan. Tadi penumpang saya aja baru sampe Wijaya udah turun, nggak sanggup bayar argonya," kata pak sopir, "Mas juga kalo naik taksi pasti nggak sanggup."

Yeee, ke tampang lagi kan. "Oh yaudah, makasih, Pak."

Oooooooooh, ternyata dua sopir taksi yang tadi menolak gue itu karena jalan ke arah sana macet. Jadinya mereka nggak sanggup.

Pelajaran yang gue tangkap adalah kalo gue jadi sopir taksinya, gue nggak akan ngomong setengah-setengah terus pergi gitu aja. Selain bikin penasaran, itu bisa bikin sakit hati karena salah paham. Dan kalo kita ada di posisi yang penasaran, cari tahu sampe benar-benar jelas informasinya, biar nggak menafsirkan setengah-setengah.

Setelah tiga kali ditolak sopir taksi, gue melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki nyari tukang ojek. Untungnya udah biasa ditolak, gue jadi lebih sabar dalam menghadapi situasi seperti itu. Lalu di tengah perjalanan, gue menemukan ini.

http://instagram.com/p/f5CsYMnYGJ/

Foto di atas adalah foto berkelas, di mana menunjukkan kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat. Seperti kisah hidup sang keong yang selalu dibanding-bandingkan dengan sang mobil bagus. Selain itu, foto di atas juga menunjukkan kondisi terkini dari ibu kota. Kemacetan yang melanda, membuat mobil bagus yang harganya berjuta-juta, tetap saja ketika macet, kecepatannya sama juga kayak seonggok keong. Sungguh, Tuhan Maha-Adil.

Pelajaran yang bisa diambil adalah...
Bahkan ketika dalam kondisi yang buruk, selalu ada cara untuk bersenang-senang.

Meski ketika desperate karena nggak ada taksi yang mau ngangkut, harus jalan jauh demi nyari ojek, dan harus stres ngeliat macet-macetan, gue mencoba 'bersenang-senang' dengan memfoto keong yang malang tadi. Happiness is a state of mind.

Pelajaran berikutnya... perjalanan, seterjal apa pun, kalo dijalanin, pasti akan nyampe. Meski sambil ngeluh dan sumpah serapah, yang penting dijalanin. Daaan, akhirnya gue sampe juga.

Yeah, demi makan gratis, gue sudah menempuh lautan mobil dan kerasnya jalan Jakarta. Sesampainya di Kuningan, gue langsung terkesima sama kue ulang tahun XL.

[caption id="attachment_998" align="alignnone" width="500"]1 Rasanya pengin gue templokin muka gue ke kue itu, terus gerogotin kuenya.[/caption]

Daaaan, yang pertama gue samperin adalaaaah...

[caption id="attachment_999" align="alignnone" width="500"]Rantang mana rantang? Kantong kresek mana kantong kresek? Rantang mana rantang? Kantong kresek mana kantong kresek?[/caption]

Yaaa... memang aura anak kost-nya masih berasa.

Ternyata, di acara ulang tahunnya XL nggak cuma haha hihi doang, tapi XL ngasih tau banyak program nantinya buat anak muda. Kayak program sebelumnya yang "XL Superstar Tanpa Bakat," yang membuat anak muda yang tadinya bukan siapa-siapa pun bisa ikut berkarya. Excited banget sih nunggu apa lagi program XL berikutnya.

Dan Jumat malam itu pun dihabiskan dengan makan, bersenang-senang, ngobrol-ngobrol, dan tentunya, foto-foto.

 

[caption id="attachment_1000" align="alignnone" width="500"]3 Sukses terus buat XL![/caption]



Besoknya, Sabtu-nya, iya, hari di mana dirayakannya malam Minggu, gue sudah menyusun rencana dengan rapi. Rencana-rencana itu memenuhi setiap jam gue pada Sabtu itu, dan tentunya sudah ngontekin semua temen –yang jomblo juga–. Memang, jomblo itu selalu punya cara buat menghibur diri. Jomblo juga, dengan sesama teman jomblonya, selalu punya cara buat saling menguatkan.

Paginya, gue habiskan dengan main basket di kampus, dari pagi sampai siang. Ketemu lagi sama temen-temen lama. Ada pelajaran yang bisa gue ambil dari basketan hari itu.

4Ternyata buat jadi putih, nggak usah ribet-ribet pake krim segala macem. Tapi cukup dengan pake kaos kaki terus basketan di outdoor dari pagi sampai siang.

Bisa dibilang, kalo pengin mukanya yang putih, ya tinggal basketan sambil mukanya dipakein kaos kaki.

Terus abis basketan gue langsung berangkat ke Bogor buat nonton basket, sampai sore. Terus malamnya main futsal.

[caption id="attachment_1003" align="alignnone" width="500"]6 Lagi nyari koin gopekan di lapangan.[/caption]

[caption id="attachment_1004" align="alignnone" width="500"]7 Yang tengah atas main di posisi botoler: pemungut botol bekas minum abis main.[/caption]

[caption id="attachment_1002" align="alignnone" width="500"]5 Pemainnya mencerminkan Indonesia banget, berbeda-beda namun tetap satu jua.[/caption]

Pelajaran terakhir yang gue dapatkan adalah... main basket terus jalan jauh terus nonton basket berjam-jam terus futsalan dapat merontokkan badan. Dan badan nggak kayak rambut yang kalo rontok tinggal dishampooin doang jadi sembuh.

Minggu pagi akhirnya cuma gue habiskan di kasur (padahal emang tiap Minggu juga gitu).

Jadi, inti dari tulisan ini adalah...
Nggak ada.

Sampai ketemu lagi di postingan gue berikutnya! Semoga di postingan nanti bisa lebih berbobot.

 

 

 

 

2 comments:

  1. Jadi, inti dari tulisan ini adalah… NGGAK ADA

    Hahaha udah baca sampe akhir, tipi ga apa, udah dpet pelajaran jdi tampang juga ternyata mempengaruhi nasib seseorang kalau naek taksi *eh

    ReplyDelete