
Ketika pertama dapet kabar bahwa gue harus menunda sidang skripsi semester lalu, gue merasa jadi orang yang diperlakukan paling nggak adil di dunia ini. Gue merasa gue pantas, bahkan, sangat pantas untuk lulus cepat. Ya, 3,5 tahun.
Tapi semua mimpi gue harus kandas cuma karena nggak mendapat 'restu' berbentuk bubuhan tanda tangan dari dosen pembimbing untuk nge-draft. Gue sedih banget waktu itu. Tapi gue heran, kenapa gue bisa sesedih dan sekecewa itu?
Lalu gue sadar, itu karena gue terlalu berambisi, dan terlalu ngarep, mungkin juga ditambah terlalu pede. Jadi, ketika gue nggak mendapatkan apa yang gue harapkan, jadilah kecewa banget.
Kalo diinget-inget, emang sih bukan kali itu aja gue gagal. Waktu SD gue juga selalu gagal buat jadi ranking 1 di kelas. Bukan cuma SD sih, itu berlangsung selama enam tahun ditambah dua tahun pas SMP. Tapi di kelas 3 SMP, gue akhirnya merasakan rasanya ranking 1, dua semester berturut. Entah apa yang gue perbuat waktu itu, tapi yang pasti, yang gue inget, waktu itu gue nggak berharap. Gue cuma belajar.
Sejujurnya, gue adalah orang yang males belajar... kalo di rumah. Tapi pas di kelas, gue selalu merhatiin guru yang lagi nerangin. Makanya, tiap mau ujian, ketika orang lain riweuh pada belajar, gue malah main PS, main komputer, atau main bola. Paling sebelajar-belajarnya ya baca-baca aja. Dan waktu kelas 3 SMP itu gue bisa dapet rangking 1, gue rasa karena gue nggak ngarep, kayak waktu 1 SD - 2 SMP.
Lalu berlanjut ke masa SMA, gue punya mimpi setelah lulus gue mau kuliah di universitas negeri. Gue lulus dengan nilai yang lumayan, dan ketika mengajukan permintaan ke orang tua untuk kuliah di universitas negeri, permintaan gue ditolak mentah-mentah. Alasannya? Klise, biasa, soal uang. Alasan lainnya karena nggak ada 'sodara' yang bisa ngawasin kalo kuliah di luar kota.
Jadilah waktu itu gue cuma diberi dua pilihan: kuliah di kampus swasta yang sama kayak kakak gue (sebagai alumni, jadi ada yang ngawasin) atau nggak kuliah sama sekali.
Gue gagal masuk universitas negeri, karena nggak pernah dikasih kesempatan mencoba. Ternyata, ada yang lebih menyesakkan dari mencoba lalu gagal, yaitu gagal karena nggak pernah mencoba sama sekali.
Kegagalan adalah pelecut
Memang, ketika abis gagal, biasanya kita bakalan mengada-adakan hikmah dulu, semacam, "Ah, belum rejeki kali." Tapi sebenernya hal itu dilakuin cuma biar nggak nyesek-nyesek amat, biar masih bisa bertahan hidup.
Sedikit-banyak, itu memang ampuh. Tapi percaya nggak percaya, hikmah yang diada-ada itu ternyata memang beneran ada. Itu cuma butuh waktu. Jarang banget ada hikmah yang langsung kerasa seketika seseorang gagal.
Waktu itu gue gagal masuk universitas negeri karena nggak dikasih kesempatan mencoba, lalu gue masuk kampus swasta ngambil jurusan jurnalistik –yang disarankan bokap–. Gue nggak ngerti apa-apa soal jurnalistik, gue nggak suka baca dan nonton berita. Tapi ternyata dengan gue nurut orang tua, ada hikmahnya. Ternyata gue punya passion di situ.
Mungkin gue nggak akan bisa menulis blog ini sekarang kalo gue nggak nurutin orang tua waktu itu karena gue nggak tau caranya menulis blog. Mungkin saat ini gue nggak pernah menerbitkan buku dan nggak bekerja di bidang yang ada hubungannya sama tulis-menulis –yang notabene sekarang gue senangi–.
Dan setelah cerna baik-baik kenapa waktu itu gue gagal untuk lulus secepat kilat, gue paham bahwa proses dan hasil itu berarti banget. Karena gue tetap menjalani semuanya, meski sempat gagal, pada akhirnya dapet hasil juga.
[caption id="attachment_967" align="alignnone" width="500"]

Akhirnya gue lulus juga.
Tapi ya namanya manusia, selalu ada aja yang bisa bikin sebel. Setelah lulus pun masih ada hal yang bikin gue nggak nyaman, yaitu nilai gue kurang 0.0sekian aja untuk masuk kategori cum laude.
Lalu kemudian gue sadar hal lainnya. Mungkin gue merasa diperlakukan nggak cukup adil, tapi ternyata yang mengeluhkan itu bukan cuma gue.
Hidup memang nggak adil, tapi nggak adilnya sama semua orang. Dan itu cukup adil.
Kegagalan adalah sebaik-baiknya peredam ego
Kalau gue nggak pernah gagal, mungkin sekarang ego gue udah jadi monster yang mengendalikan diri gue. Dengan gagal, sedikit banyak itu membuat gue sadar bahwa banyak yang lebih baik, dan kalau pengin jadi yang lebih baik,... ya harus berusaha lebih dari orang lain.
Yang terpenting, harus belajar setelah gagal
Iya, setelah, bukan ketika. Karena ketika gagal, biasanya pikiran masih semrawut, masih galau, masih kesel. Jadi biarin kasih waktu dulu buat diri sendiri. Pasti deh abis itu mulai nongol hal-hal yang harusnya dilakuin, yang nggak boleh diulangin, buat bahan pelajaran.
Kegagalan itu bukan akhir dari segalanya. Tapi itu adalah proses. Proses menujukegagalan selanjutnyakeberhasilan.
Tapi tapi tapi, gue pengin berterima kasih buat yang kemarin udah dateng ke acara
Makasih buat temen-temen dan yang tercinta dari @Okachino yang sempet dateng.


Makasih juga buat yang ngucapin selamat secara langsung, di Facebook, Twitter, di mana pun.
Ternyata, setelah lulus pun, masih aja ada pertanyaan.
Hidup ini memang penuh dengan pertanyaan. Pas sekolah ditanya kapan lulus, pas lulus sekolah ditanya kapan kuliah, pas kuliah ditanya kapan skripsi, abis skripsi ditanya kapan wisuda, abis wisuda ditanya kapan kerja, abis kerja ditanya kapan nikah, abis nikah ditanya kapan (istrinya) hamil, abis hamil ditanya kapan nambah.
Semoga pas sekarat nanti nggak ada yang nanya kapan mati.
Sebuah akhir nggak pernah benar-benar jadi sebuah akhir, melainkan jadi sebuah awal baru.
Ketika menemui satu akhir, boleh saja menghela napas panjang. Tapi jangan terlalu panjang. Segera tarik napas panjang lainnya untuk memulai awal yang baru.
Semoga kita jadi orang yang nggak bosan terus belajar, meski dari hal pahit seperti kegagalan.
selamat ya oka. sorry telat but I'm so happy for you. ditunggu buku selanjutnyaaaaaa. :3
ReplyDeleteselamat ya kak okaaa :") sebagai orang yang sering gagal post ini menyadarkan buat gak pernah nyerah untuk terus nyoba lagi. dan berusaha gak terus ngutuk kegagalan itu hahahha
ReplyDeleteselamat bang atas wisudanya :D
ReplyDeletemakin sukses kedepannya yaa...
kapan kawin?? #LOH
keren bang, selamat selamat selamatttt
ReplyDeleteselamat bang oka :) kapan punya pacar?
ReplyDeleteselamat ya bang oka blognya juga makin hari makin bagus kok :)
ReplyDeleteKEREN! Baru baca haha.
ReplyDeletesetuju banget deh.
mantep bang
ReplyDeletesaikkkkkkk/m
ReplyDeletesuka suka suka :)
ReplyDeleteSETUJU BANGET BANG. Btw berarti yg kau ngaku2 jd anak SMA itu hoax doang ye hhuftt
ReplyDelete